Saya datang lagi berbagi cerpen, sebelumnya cerpen ini sudah saya publikasikan di NOTE FB jadi jangan bilang kalo itu jiplakan yah, karena masih saya penulisnya, hohoho...
Cerpen ini saya buat ditengah kegalauan saya. Entahlah, ada sesuatu dalam hati saya yang membuat saya kosong mlompong. Dan saya tuangkan dalam bentuk cerita. Bagi yang meluangkan waktunya untuk membaca cerita sederhana ini semoga Allah membalasnya dengan kebaikan. Bagi yang memberikan komentar baik saran maun kritik yang membangun, saya sangat berterima kasih. Semoga Allah membalas ketulusan itu dengan kebaikan. Akhir kata, Happy and enjoy reading!^^
Sebagai bentuk penghargaan untuk sebuah karya, DON'T COPY IN ANOTHER SITE!!
●○◦Belenggu Hati◦○●
PRESENT
.
.
Terdengar
sayup-sayup musik dari luar kamarnya. Bahkan itu adalah satu-satunya suara yang
menggema di dalam rumahnya yang tampak sepi tak berpenghuni. Siang ini hanya
ada ia sendiri dengan seorang adik perempuannya—yang tengah menonton kartun di
depan televisi. Sedangkan ia lebih memilih mengunci diri di dalam dunianya yang
nyaman—kamar berukuran sedang.
Tak
ada aktivitas lainnya selain berkutat dengan laptop birunya sambil berbaring di
ranjang. Kali ini statusnya bukan seorang siswa yang harus memakai seragam ke
sekolah. Bukan juga seorang pekerja yang memeras keringat demi sepeser uang. Ia
hanyalah seorang pengangguran yang masih belum jelas statusnya. Tujuh hari
lagi, dalam hitungan hari itulah nasibnya ditentukan. Benar-benar menjadi
mahasiswi di sebuah perguruan tinggi negeri atau mencoba mencari celah lain
untuk hidupnya.
Dan
sebagai orang yang belum jelas nasibnya itu, ia habiskan hari-harinya
menjelajah dunianya yang sekarang dirasa menjemukan. Menonton film atau drama
Korea koleksinya yang jelas-jelas sudah diulangnya berkali-kali karena habis
ditelan kebosanan. Atau membaca kembali novel-novel koleksinya yang terkurung
di dalam kardus disudut ruangan. Bisa saja ia surfing di dunia maya seperti beberapa hari kemarin, tapi karena
kesialannya—tentang gagal download video berukuran dua gigabyte lebih—kuota modem GSM-nya ludes seketika. Kegagalan itu
yang membuatnya malas untuk membeli pulsa modemnya lagi—masih tersisa serpihan
kekecewaan rupanya.
Ingin
rasanya ia pergi ke beberapa tempat untuk mengusir kejenuhannya. Tapi mengingat
dirinya yang masih terlalu takut mengendarai sepeda motor akibat trauma
beberapa tahun silam membuatnya mendesah kesal. Ditambah sepedanya yang
teronggok di depan rumah karena belum ia bawa ke bengkel. Oh, jika saja
sahabatnya yang sering ia ajak bepergian tidak sedang pergi ke luar kota,
mungkin saja ia sedang berada di perpustakaan daerah atau di toko buku
langganannya.
Someone call the doctor nal butjapgo
malhaejwo
Sarangeun gyeolguk jungdok overdose
Suara itu
kembali memenuhi kamarnya. Bagian dari sebuah lagu asal negeri ginseng yang
saat ini memicut hatinya. Ya, gadis ini adalah penggila Korea, jauh sebelum ia
mengenakan seragam putih abu-abunya. Bahkan sejak rok merah dan kemeja putih
melekat ditubuhnya, ia sudah mengenal salah satu hiburan dari negara itu.
Kecintaannya
terhadap negeri—yang sampai saat ini masih menjaga tradisinya—itu berawal dari
sore hari saat ibunya asyik menonton drama Korea bertajuk kerajaan. Masih ingat
sampai sekarang judul drama pertama yang ditontonnya. Drama mengenai seorang
gadis dari kalangan rakyat bawah yang menjadi perawat hebat itu selalu ia
tonton bersama sang bunda. Walaupun terkadang ia masih jengah ketika menonton
drama tersebut—karena asyik memperdebatkan suara dengan gerakan mulut yang
berbeda dalam benaknya.
Kala
itu, ia masih terlalu muda bahkan terlalu polos mengingat pergaulan teman-teman
sebayanya yang sudah lebih mengenal dunia luar. Satu informasi saja yang ia
ketahui, membuatnya langsung jatuh hati terhadapnya, atau mungkin karena rasa
penasarannya yang terlampau besar. Seperti mengenal drama Korea itu. Membuatnya
menjadi tergila-gila. Terlebih ketika dirinya menyandang status sebagai siswi
sekolah menengah pertama. Informasi yang semakin banyak dan luas tentang
berbagai hal berbau Korea dilahapnya.
Apalagi
saat sebuah drama Korea tentang kehidupan SMA elit yang kala itu booming. Terhipnotis dengan paras para
pemainnya yang seperti manequin itu
membuatnya menghabiskan sebagian besar waktu belajarnya hanya untuk mencari
informasi seputar drama itu. Bahkan ia mengoleksi soundtrack drama tersebut hingga menghafalkan setiap liriknya.
Mengindahkan semua pelajaran yang dirasanya menjemukan justru belajar Hangeul, huruf Korea yang sekarang
dipakai, dan kata-kata sederhana yang sering diucapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Alhasil,
dua semester dibangku kelas delapan, nilai serta peringkatnya benar-benar
merosot, jauh dari nilainya sebelumnya. Selain itu kegilaannya tidak hanya pada
hal-hal berbau Korea saja. Ia justru sibuk menikmati komik disela jam
pelajaran. Ia juga rela menyisihkan uang jajannya demi membeli komik di
Gramedia. Memang bukan komik berseri yang bisa mencapai puluhan volume, hanya komik yang berisi beberapa
cerita pendek atau sebuah cerita yang habis dalam satu volume saja. Sering juga ia meminjam koleksi komik dari beberapa
teman sekolahnya.
Hingga
akhirnya ia berhasil naik kelas dengan nilai pas-pasan. Beruntung komik bukan
lagi menjadi perhatiannya. Ia menjadi fokus menyiapkan ujian nasionalnya. Tapi
tidak benar-benar fokus karena ternyata kegilaannya terhadap hal-hal berbau
Korea kembali mengusik dunia belajarnya. Dan menjadi benar-benar gila dengan
sebuah boyband yang dulu hanya sekedar tahu menjadi benar-benar tahu.
Tahun
terakhirnya di dunia biru putih-nya penuh dengan kesibukkannya terhadap boyband
itu. Bahkan ia rela menghabiskan berjam-jam waktunya untuk mencari informasi
tentang para personilnya. Mulai dari biodata, kesukaan hingga keberadaannya. Playlist dalam ponselnya juga penuh
dengan lagu-lagu milik boyband yang hingga saat ini masih diperhitungkan di
dalam dunia hiburan. Wallpaper ponsel
serta komputernya menggunakan paras mereka.
“Mba,
aku pengin makan,” sebuah kepala menyembul dari pintu kamarnya. Melemparnya ke
dunia nyata dari nostalgianya. Ia menghela napas. Beranjak turun dari ranjang
dan mengikuti langkah adik perempuannya yang membawanya ke sebuah ruangan. Ia
membuka lemari makan. Lagi-lagi menghela napas, kali ini lebih panjang—saat
melihat tidak ada apapun di dalamnya.
Iapun
membuka lemari es yang tak jauh dari lemari makan. Membukanya. Melihat seluruh
bagian di dalamnya. Hanya ada beberapa butir telur ayam dan seikat daun bawang,
sisanya hanya beberapa bumbu dan air mineral. Lagi-lagi ibunya tidak mengisi
lemari es-nya dengan bahan makanan. Iapun memutuskan menggoreng telur dadar
untuk menu makan siang mereka berdua. Kebetulan cacing-cacing diperutnya juga
sudah menggelar konser.
***
Hari
berikutnya masih sama. Lagu dengan bahasa yang sama seperti lagu yang
diputarnya kemarin. Aktivitasnya juga masih sama, menonton film atau drama
Korea koleksinya. Bedanya ia tak lagi mengulang novel koleksinya, tetapi
menonton video-video koleksinya, masih berbau Korea. Seperti sekarang, ia
sedang menonton sebuah video acara hiburan Korea, Runningman. Sebuah acara yang menyelesaikan misi-misi permainan
untuk mendapatkan gelar pemenang juga hadiah—biasanya berupa benda yang terbuat
dari emas asli.
Tawanya
terdengar hingga ruang tengah, mengusik adik perempuannya yang lagi-lagi masih
menonton kartun kesukaannya. Tingkah kocak dari para pengisi acara benar-benar
membuat perutnya terasa dikocok. Tanpa diketahuinya, adik perempuannya sudah
duduk di sampingnya, ikut membaurkan tawanya meninggalkan tokoh kartun
monyetnya.
Hingga
suara adzan dari pengeras suara masjid dekat rumahnya menghentikan tawanya.
Mengistirahatkan pipinya yang sedari tadi tertarik karena tawanya yang
benar-benar tanpa jeda. Iapun menekan tombol pause lalu pergi mengambil air wudhu.
Dalam
basuhan air wudhunya, ia kembali teringat sahabat-sahabatnya. Kedewasaan yang
sudah membaur dalam diri para sahabatnya itu menciptakan segelintir rasa iri
dalam celah hatinya. Melihat perubahan yang benar-benar berbeda dengan apa yang
dialaminya membuatnya mengkerut. Seperti sebutir beras di dalam sekeranjang
apel. Sangat jauh berbeda.
Mereka
di sana sedang berjuang dalam hidupnya. Ada yang melahap soal-soal SBMPTN, ada
juga yang melengkapi puzzle ilmu keagamaannya.
Sedangkan ia, justru kembali seperti masa lalu. Kembali tenggelam dalam
kesenangan sesaatnya. Kembali berputar-putar pada zona yang pernah dilaluinya.
Kembali membuat dirinya terhipnotis ke dalamnya. Oh, seperti menelan lagi apa
yang sudah dibuangnya.
Ia
membasuh kakinya. Memutar keran hingga tak ada setetespun air yang keluar.
Berdoa. Lalu kembali ke kamar. Menggelar sajadah hijaunya kemudian mengenakan
benda putih itu. Menghela napas. Bersiap menghadap-Nya. Allahu akbar…
***
Sejak
itu, ia dilanda kegelisahan. Laptopnya masih menyala. Tapi ia enggan membuka file yang biasa dibukanya. Tak ada lagi suara
musik dengan bahasa Korea itu. Tak ada lagi tawa yang memecah keheningan
ruangannya. Tak ada lagi tontonan film dari negara itu. Ia hanya membiarkan
laptopnya menyala begitu saja. Ia sudah kehabisan ide untuk melenyapkan
kejenuhannya. Yang tersisa hanyalah pilihan yang membuatnya enggan memilihnya,
bermain game. Ada beberapa game yang dikoleksinya, tidak sebanyak
milik adik lelakinya tapi cukup untuk menghilangkan kepenatannya—dulu.
Permainan
tentang membunuh zombie sudah ia selesaikan seluruh levelnya, jadi ia malas
untuk memainkannya lagi. Permainan bonus yang didapatnya dari CD film milik
perusahaan es krim hanya untuk memenuhi folder ‘PLAY’-nya. Permainan tentang
burung-burung pemarah sudah terlalu klasik baginya. Sedangkan permainan babi
yang masih satu produk dengan permainan burung tadi, malas ia mainkan, bukan,
bukan karena ia telah menyelesaikannya, justru karena itu terlalu membuatnya
gemas sendiri yang belum bisa melanjutkan level tiganya. Sedangkan permainan
tentang kehidupan sebuah kota, terlalu membosankan baginya. Dan sisanya, hanya
permainan tentang kecantikan atau memasak, permainan yang cukup
membosankan—yang biasa dimainkan adik perempuannya.
Oh,
ayolah. Ia tak mau mati kebosanan di dalam kamar. Satu-satunya jalan untuk
menembus dinding itu hanya mencari kegiatan yang lebih membuat pikirannya
nyaman, seperti membaca buku yang belum pernah dibacanya, atau sekedar
berkeliling di dalam toko buku tanpa membeli satupun darinya. Atau meminta film
yang belum pernah ditontonnya pada teman-temannya—sayangnya untuk yang satu ini
sangat jauh kemungkinannya, kebanyakkan teman-temannya sedang fokus menghadapi
SBMPTN. Jadi, apa yang bisa membunuh kejemuannya ini?
Akhirnya
ia memutuskan untuk membuka akun jejaring sosialnya melalui ponsel. Melihat
banyak status. Hingga sebuah kiriman yang terdapat puluhan komentar dari
teman-temannya, melegakan pikirannya. Dari percakapan yang dibacanya itu,
mereka ingin mengunjungi sekolah mereka. Tidak ada alasan khusus, hanya ingin
mengisi kelas kosong yang sudah beberapa bulan terakhir ditinggalkan
penghuninya. Dan tentunya untuk melampiaskan rasa rindu yang membuncah.
Seperti
mendapat penerangan di sebuah ruangan yang gelap gulita, ia putuskan untuk ikut
dalam rencana teman-temannya. Tidak masalah jika ia harus mengendarai sepedanya
yang sampai sekarang masih belum dibawanya ke bengkel. Oh, senyumnya yang lebar
tak terlepas dari wajahnya yang kini terpancarkan kebahagiaan. Senandung kecil lolos
begitu saja dari mulutnya. Seperti reaksi ilmiah akibat kebahagiaannya yang
menyelimutinya.
Tapi,
tunggu! Masih ada ruang kosong di dalam hatinya? Ah, ia tak mau ambil pusing
untuk itu. Yang ia tahu sekarang adalah ia akan bertemu kembali dengan
teman-temannya. Seperti momen pertemuan setelah menyelesaikan pertempuran di
medan perang saja. Ia tak sabar untuk semua itu. Teman-teman, tunggu aku! Teriaknya dalam hati.
.
END
.
.
TBC (?)
©Arakida.2014
Tidak ada komentar:
Kaskus
Only
:ilovekaskus
:iloveindonesia
:kiss
:maho
:najis
:nosara
:marah
:berduka
:malu:
:ngakak
:repost:
:repost2:
:sup2:
:cendolbig
:batabig
:recsel
:takut
:ngacir2:
:shakehand2:
:bingung
:cekpm
:cd
:hammer
:peluk
:toast
:hoax:
:cystg
:dp
:selamat
:thumbup
:2thumbup
:angel
:matabelo
:mewek:
:request
:babyboy:
:babyboy1:
:babymaho
:babyboy2:
:babygirl
:sorry
:kr:
:travel
:nohope
:kimpoi
:ngacir:
:ultah
:salahkamar
:rate5
:cool
:bola
by Pakto
:mewek2:
:rate-5
:supermaho
:4L4Y
:hoax2:
:nyimak
:hotrit
:sungkem
:cektkp
:hope
:Pertamax
:thxmomod
:laper
:siul
:2malu:
:ngintip
:hny
:cendolnya
by misterdarvus
:maintenis:
:maintenis2:
:soccer
:devil
:kr2:
:sunny
Posting Komentar
Menghargai karya orang lain akan mendapat pahala, seperti hal nya mengomentari postingan ini. thx ^_^