Aku bingung
harus bagaimana aku memulainya. Yang jelas, saat ini, di saat ribuan air langit
menerjang tanpa henti sejak sejam yang lalu, aku rindu. Aku rindu pada
kebiasaanku dulu. Menghabiskan waktu di depan monitor, jari-jariku menari-nari
di atas keyboard, dan aku tenggelam dalam duniaku sendiri. Oh, aku merindukan
itu semua. Aku haus dengan hasratku itu. Aku ingin kembali melakukannya, tapi
satu ganjalan, ‘aku harus memulainya dari mana?’
Ganjalan itu
yang terus meraung-raung ketika jemariku mulai menikmati ritme di atas keyboard. Hingga ruang pikirku terlalu
penuh dengan berbagai terkaan atas ganjalan itu, membuatnya luber, membuat
otot-otot jemariku kaku seketika. Setelah menyadari bahwa yang kulakukan adalah
hal bodoh yang seharusnya tak dilakukan, turbin-turbin semangatku menyala.
Menyalurkan hasrat yang selama ini dikekang melalui tulisan ini.
Aku harus
berterima kasih kepada seorang sahabatku. Setelah membaca tulisan-tulisannya
pada personal blognya, hatiku
tergugah, jemariku gatal ingin kembali menari. Akupun menyadari bahwa telah
melewatkan banyak kesempatan yang menghampiriku, seperti membuang muka akan
kehadirannya. Padahal, kalau diingat kembali, selama ini, apa yang kutulis di
buku mimpiku seperti mendapat jalan yang lurus mulus bak tol tanpa ujung.
Mimpiku yang
kurasakan terlalu jauh mengingat sangat bertolak belakang dengan pendidikan
formalku saat ini, sebenarnya dekat, hanya saja aku masih belum menemukan
keberadaannya, atau aku saja yang membutakan diri. Oh, padahal sudah satu pintu
terbuka dari milyaran pintu yang menunggu kehadiranku. Dan pintu pertamaku itu
dengan rela mempermudah jalanku. Dasar manusia, terlalu tergiur dan terlena
dengan kesenangan sesaat. Berhenti melangkah padahal pintu tinggal selangkah.
Sungguh merugi!
Maka dari itu,
rasa terima kasih sepertinya tidak cukup untuk sahabatku ini. Tapi, aku
bersyukur, Allah SWT membangunkanku melalui sahabatku. Menyeretku kembali pada
jalan yang seharusnya kulalui, demi membuka pintu terakhir untuk menggenggam
mimpiku. Jazakallah, Ukh, mari terus berjuang tuk menggenggam mimpi. Jangan
segan-segan mengingatkanku. Terakhir, aku mencintaimu karena Allah SWT. ^^
Wa iyyaki teteh. ;-)
BalasHapusMaafkan jikalau goresanku justru menyayat ulu hatimu...
sungguh bukan maksud memenjarakanmu dalam rasa bersalah, sejatinya akulah yang terlalu mendramatisir situasi.