CERPEN: Persahabatan Abadi

Tett..

          Bel pulang sekolah berbunyi. Mytha Cereira Angelina, panggil saja Mytha. Aku sekolah di SMA Generasi Muda tingkat 2. Aku Berencana mengajak Sashi, sahabatku sejak kecil untuk pulang bersama.

          “Mytha, tunggu aku!” teriak Sashi dari pintu kelas.

          “Iya. Ayo, cepat dong!” jawabku berhenti menunggunya.

          Udara dingin dari AC Mal terasa dileherku. Rasa penat dan panas sedari tadi dari angkot yang kami tumpangi terbayar sudah. Sashi mengajakku ke Mal karena ingin membeli sebuah buku dan pernak-pernik untuk dipasang di kamarnya. Kami singgah dari satu toko ke toko yang lain. Sayangnya, pernak-pernik yang dicarinya tak ditemukan. Kamipun beristirahat sejenak untuk menghilangkan rasa lelah kami di sebuah café.

          Hari ini tanggal sembilan Oktober, aku berniat untuk membuat kejutan dihari ulang tahunnya keenam belas. Akupun meminta ijin untuk pergi sebentar karena ada barang yang harus dibeli dan dia menyetujuinya. Dari toko yang bernuansa kuning, hijau, ungu, sampai merah muda telah kukunjungi. Dan barang yang kucari telah kubeli.

          Sebuah jam dinding berbentuk kelinci merah muda yang lucu dan bingkai foto berbentuk pita biru muda yang kupasang foto kami berlibur bersama empat bulan yang lalu.

***

Kulihat dia sedang gelisah menungguku yang sedari tadi tak muncul. Akupun melambaikan tanganku dan senyum lega terlukis diwajahnya. Aku mendekati meja nomor delapan belas yang berada di dekt kaca pembatas. Sashi menatapku dan bertanya, “Dari mana saja kamu?”

“Aku membeli ini”, jawabku dengan menyerahkan kotak biru dengan pita merah muda berukuran sedang. Dia tersenyum dan membuka kotak itu, “Wah, ini barang yang sedari tadi kucari. Kamu membeli di mana?”

“Syukurlah kamu senang. Dari toko dekat sini saja, kok. Maaf sudah membuatmu cemas.”

Tetapi, ketika kami hendak keluar dari café tersebut, dia terjatuh dan pingsan. Seketika aku panikbukan main dan membawanya ke rumah sakit. Dokter memvonis bahwa Sashi terkena Leukimia.

***

          Aku terdiam menatap wajah yang selalu senyum sekarang membisu. Kulihat tubuhnya terlihat semakin kurus dari seminggu yang lalu saat aku membawanya kemari. Meskipun begitu, dia tetap terlihat cantik dengan wajah pucatnya itu. Air mataku selalu ingin keluar tapi kutahan agar dia tak merasa sedih. Aku selalu menemaninya ketika aku pulang sekolah. Kuajak dia bercerita dan menghiburnya agar dia tidak merasa sedih dalam deritanya itu.

          Senin pagi delapan belas Oktober dua ribu sepuluh, dia kembali ke sisi-Nya. Saat itu, aku yang sedang mengikuti pelajaran PKn. Lalu dipanggil ooleh guru BK dan diberitahu kabar itu. Hatiku pilu mendengar cerita Bu Nelly, guru BK yang sedari tadi duduk di sampingku menepuk tabah punggungku. Tetapi, aku juga merasa lega karena tandanya Allah sangat menyayangi Sashi. Allah tidak ingin dia menanggung deritanya itu lebih lama lagi. Kupanjatkan doa agar Sashi diberi tampat yang mulia di sisi-Nya.

Selesai

Nb: Ini cerpen udah lama aku bikin, tugas bahasa Indonesiaku yang telat dikumpulin kelas delapan lalu, hehehe. Berarti dua tahun lalu. Jadi maaf kalau kata-katanya masih berantakan dan alurnya cepat. Ceritanya mungkin membosankan. Tapi, aku buat cerita ini setelah aku kehilangan teman yang tlah lama tak berjumpa karena penyakit ganas itu. Semoga dia bahagia di sana…